Film Indonesia

Sinopsis Bumi Manusia, Film Adaptasi Novel Pramoedya Rilis Besok

Review Film bumi Manusia

Dari semula yang sangat memuja Eropa hingga menjadi lebih “nasionalis”. Sebelum syuting dimulai, Hanung sebenarnya telah menyiapkan Iqbaal dengan berbagai perlakuan seperti membuat sang aktor merasakan jadi ‘budak’, makan nasi di lantai, serta melakukan semua pekerjaannya sendiri.

Bahkan, bisa jadi penonton akan mulai mengkoleksi karya-karya Pram setelah menonton movie ini. Di bagian akhir, film itu menggambarkan keputusan pengadilan kolonial yang tak mengakui lembaga pernikahan lokal. Pernikahan Minke-Annelies tak tercatat dalam hukum dan birokrasi sipil kolonial. Akibatnya, pengadilan kolonial merampas Annelies dari tangan Minke dan menyerahkan perwaliannya ke keluarga Mellema di Belanda.

Begitu kuat sehingga banyak yang menilai bahwa Nyai Ontosoroh telah menjadi karakter utama movie ini. Kepiawaian Pram mengemas sejarah dan problematika anak zaman menjadi kekuatan novel-novelnya. Durasi tiga jam tidak akan cukup untuk menghadirkan seluruh kekayaan novel sehingga sutradara dan penulis skenario harus memutuskan untuk menentukan fokus movie.

Adegan dilanjutkan dengan keinginan keduanya untuk berbicara di membership orang Eropa, Sebelum masuk, tampak sebuah papan tertulis ‘Pribumi dan Anjing dilarang masuk’. Surof tetap bersikukuh masuk, baginya dia punya darah Eropa dan punya ‘hak’ untuk berada di dalam, berbeda dengan Minke yang sedari awal sudah enggan untuk menuju tempat itu. Namun bukannya bisa bersantai dan menikmati secangkir kopi, keduanya di usir dengan dengan sangat kasar oleh seorang Belanda.

Agaknya babak perkenalan ini berjalan terlalu bertele-tele dengan pengambilan lanskap pemandangan yang diulang-ulang. Tetapi, jika berpedoman dengan kisah yang pernah dituturkan Pram, bagian in memang tergelar cukup panjang. Ada yang beranggapan Minke merupakan plesetan dari kata monkey atau monyet. Bumi Manusia ditayangkan di bioskop pada 15 Agustus 2019 bersamaan dengan movie drama sejarah Perburuan yang juga dialihwahanakan dari penulis yang sama; penayangan kedua movie ini memang disengaja untuk merayakan kemerdekaan. Frederica mengaku tak khawatir bila kelak salah satu di antaranya akan lebih mendominasi karena style yang diusung berbeda.

Kisah cinta dan pergulatan batin Minke yang pribumi jawa dan Annelies yang blasteran Belanda-Jawa ini yang menjadi inti cerita utama movie yang diangkat dari novel Tetralogi karya Pramoedya Ananta Toer. Kisah cinta dua anak manusia di bumi Hindia Belanda ini yang kemudian menjadi latar dan memantik pergolakan batin Minke atas hak-haknya sebagai pribumi ditengah politik kolonial Belanda di awal abad 20. Shandy Gasella yang menulis untuk Kumparan—memberikan nilai 4/5—menyebut movie ini adalah film terbaik sejauh ini dari Falcon, sementara Erlinda memberikan nilai 3,5/5. Wayan Diananto dari Liputan6 menyebut ada sejumlah dialog masih relevan hingga bertahun-tahun kemudian. Windy Eka Pramudya yang menulis untuk Pikiran Rakyat juga menyebutkan adanya beberapa lubang alur, semisal kehadiran Gendut Sipit yang tidak dijelaskan di movie.

Dialog antara Minke dengan Annelis di tepi danau menjadi fragmen roman yang berbekas di hati pemburu kutipan cinta. Milenial dan Generasi Z mengenalnya sebagai Dilan, remaja cerdas penjaja rayuan.

Adegan berkali-kali pingsan dan terbaring di kasur tidak memberikan kita alasan kuat sumbangsih Annelies terhadap hubungan itu. Lucu juga bila dilihat-lihat, Minke tidak banyak membicarakan pertarungan batinnya itu dengan Annelies.

Suurhof teringat, temannya bernama Robert Mellema memiliki adik perempuan cantik, Annelies Mellema. Suurhof dan Minke keesokan harinya berkunjung ke Boerderij Buitenzorg, kediaman Mellema. Film produksi Falcon Pictures ini mampu menjaring 1.316.583 penonton dengan perkiraan pendapatan kotor sekira Rp52,7 miliar. Namun, keberadaan Nyai Ontosoroh malah membuat ayah Minke menentang keras kisah cintanya dengan Annelies.

Tanda Kebanyakan Konsumsi Gula Dan Four Berita Kesehatan Menarik Lainnya

Untuk menyemarakkan Hari Raya Kemerdekaan HUT RI, sejumlah stasiun TV pun mulai menayangkan film-film bertemakan kemerdekaan. Peranan Minke sebagai pembangun opini seputar kasus keluarga Mellema lewat tulisan-tulisannya yang tajam cuma jadi tempelan.

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button