Review Blade Runner 2049 Blade Runner Merupakan Film Yang Tidak…
Denis di sini kelihatan sangat berhati-hati dalam merangkai cerita, membangun relevansi dengan prequel-nya kemudian memvisualisasikannya, melanjutkan cerita dari Blade Runner. Denis pun kembali mengangkat tema klasik tentang kemanusiaan, namun kali ini dengan cerita, sinematografi dan teknologi visualisasi CGI dan visual results terkini yang jauh lebih mumpuni. Yups, nggak akan ada film-movie yang seperti ini lagi untuk tahun-tahun kedepannya. Walaupun nggak se-twist yang diharapkan banyak orang, movie ini rada sangat berkesan.
Maka itu, K pun diperintahkan oleh atasannya Letnan Joshi untuk menyelidik asal usul dan orang-orang yang berkaitan dengan penemuan itu. Dalam investigasinya itu, K sendiri pun mengalami kejadian yang membuatnya mempertanyakan eksistensi & kehidupannya sendiri. Sesuai dengan judul, sekuel Blade Runner mengambil latar belakang waktu tahun 2049.
Dengan sapuan melodi ambient,juga beberapa sentuhan instrumen lounge, sang musisi mengusung gravitasi movie ke arah neo-noir. Beberapa elemen seperti piano lembut yang hadir di saat yang tepat di film sehingga mengangkat adegan-adegan emosional yang semakin meluluhkan batasan antara manusia dan robot. Kalau mereka merasakan emosi seperti manusia, bukan replicantjuga makhluk hidup? Namun, mereka hanyalah kode yang disusun agar dapat merasa sedih maupun marah. Kalau begitu, apakah yang sebenarnya dapat mendefinisikan makhluk hidup?
Dan dalam hati saya berbisik, ini kandidat Oscar yang paling saya jagokan dalam kategori Best Cinematography. Ketika para robot android tidur, mereka bermimpi menjadi manusia. Mereka ingin merasakan ‘keajaiban’ hidup yang hanya bisa dirasakan oleh manusia. Agen KD6-three Sinopsis Film Blade Runner.7 tahu persis dirinya adalah Replicant – sebutan untuk android yang dibuat demi membantu pekerjaan manusia. K bekerja sebagai Blade Runner, polisi yang melacak Replicant-Replicant liar untuk kemudian ‘memensiunkan’ mereka.
Vangelis menggabungkan bunyi-bunyian yang futuristik namun juga terdengar retro di sata yang sama. Di tahun 2019, empat replicants berhasil menyelundup masuk ke Bumi, dan Rick Deckard ; seorang Blade Runner ditugaskan untuk memburu dan menghabisi ke-empat android tersebut. Para replicants dibuat untuk bekerja di off-world colonies atau koloni-koloni yang ada di luar Bumi. Replicants dilarang keras untuk memasuki Bumi, dan bila ada yang ketahuan melanggar peraturan itu, maka mereka akan diburu untuk di-pensiunkan -dalam kata lain, dibunuh- oleh seorang pemburu replicants yang disebut sebagai “Blade Runner”.
Film bergenreSci-Fi Thrillerini ditulis oleh Hampton Fancher dan David Webb Peoples berdasarkan novel karangan Philip K. Dick yang berjudul “Do Androids Dream of Electric Sheep? Blade Runner mengisakan tentang seorang petugas laki-laki yang harus menangkap 4 replikan karena mencuri pesawat luar angkasa untuk kembali ke Bumi dan menemukan penciptanya. Film ini kemudian berhasil meraih dua nominasi dalam ajang Oscar. Frank Giustra dan Tim Gamble, CEO dari Thunderbird Films akan menjabat sebagai eksekutif produser bersama Ridley Scott. Film ini akan menandai kerjama Denis Villeneuve dengan peraih 13 kali nominasi Oscar, Roger Deakins sebagai sangcinematographer.
Maann, dengan science fiction di tangannya, Villeneuve paralel dengan suradara yang mas Dweeki sebutin di bidang mereka masing-masing. Beberapa tahun sebelumnya, Scott merilis movie Alien yang juga meninggalkan warisan besar di genre fiksi ilmiah berkat visible yang memorable dan penyutradaraan yang sangat kuat.
Aku jadi teringat masa ketika aku nonton Mulholland Drive dan seketika tergerak pengen nulis cerita dan ngerekam, punya mimpi bikin movie sendiri. Blade Runner bercerita tentang dunia distopia tahun 2019, dimana manusia bisa merancang “manusia buatan” hasil genetic-engineering yang disebut Replicant.
Mereka menunggu “Sang Anak” sebagai pemimpin dan penyelamat mereka, menuju era baru kaum replicant. Mengingatkan saya dengan konsep sang saviour-nya John Connor dalam Terminator, dan Dylan, bayi yang diselamatkan dalamChildren of Men. Namun, Blade Runner memiliki elemen filosofis yang cukup menarik dan itu yang membuat film ini menjadi sangat legendaris.
Blade Runner 2049 justru dibiarkan berjalan lambat serta sunyi pada sejumlah adegan. Meskipun visible dan audio effectnya sangat memanjakan, namun tentu saja yang di harapkan dari film ini adalah laganya. Laga dari movie 2049 bisa dikatakan cukup tetapi terasa kurang. Fokus dari 2049 dalam durasi hampir 3 jam tersebut menurut saya adalah menampilkan visual dan audio impact serta dialog yang minim namun bermakna. Karakter-karakter yang dihadirkan pun terasa aura misteriusnya namun memiliki feeling yang kuat.
Naskah movie ini ditulis oleh Hampton Fancher dan Michael Green, sementara ceritanya ditulis oleh Hampton Fancher berdasarkan karakter dalam buku Do Androids Dream of Electric Sheep? Film ini dibintangi oleh Ryan Gosling, Harrison Ford, Ana de Armas, Sylvia Hoeks, Robin Wright, Mackenzie Davis, Carla Juri, Lennie James, Dave Bautista dan Jared Leto.
Punya Desain Menarik, Inilah 6 Teman Sekelas Boruto Yang Seharusnya Lebih Disorot!
Pendalaman karakter oleh masing-masing aktor maupun aktris sangat baik. Blade Runner merupakan movie yang tidak asing bagi penikmat film karena pada 1982 muncul dengan tampilan yang futuristik menggambarkan sebuah masa depan dengan setting 2019. Blade Runner saat itu hadir sebagai movie yang menarik banyak minat orang untuk merasakan kepuasan tersendiri dari visual dan audio effectnya.