Nuansa Kelam Mendominasi Trailer Nocturnal Animals
Untuk para penonton, pengalaman dari buku yang ditampilkan ke layar lebar adalah mengerikan dan Hitchcock banget. Dari adegan awal yang dengan tragisnya digodok hingga mendidih. Sepanjang perjalanan ke Texas, penegak hokum Bobby Andes berurusan dengan kriminal sampai akhir.
Susan disiratkan mengetahui bahwa Hutton telah selingkuh, namun memilih menyapunya ke bawah karpet dan menganggapnya tidak ada. Ketika membaca novel karangan Edward, Susan menyadari bahwa novel yang didekasikan untuknya ini sebenarnya mengkritiknya habis-habisan, membuatnya makin merasa bersalah dan bimbang, hingga akhirnya memutuskan bertemu dengan Edward secara diam-diam.
Cerita dalam buku tersebut begitu kelam dan penuh dengan kekerasan. Dikisahkan di dalam buku tersebut sebuah keluarga yang bepergian jarak jauh dengan mengendarai sebuah mobil di Texas. Susan adalah seorang pemilik galeri seni yang mapan dan sukses di Los Angeles masa kini. cerita Nocturnal Animals ini merupakan movie dambaan bagi penonton yang memiliki pengalaman yang sama kayak Edward.
Lou memaksa Tony untuk mengendarai mobil Ray ke ujung jalan di mana Tony ditinggalkan oleh Lou. Tony berhasil menghindari Ray dan Lou ketika mereka kembali mencarinya, lalu Tony berjalan ke rumah terdekat untuk menelepon polisi. Menjadi sebuah weblog movie independen tidaklah mudah di tengah besarnya bayang-bayang media entertainment yang sudah established sejak lama.
The nice revenge is when you’ll be able to show you possibly can obtain one thing without the one who broke you in the past. Pembalasan dendam ini kemudian ditutup ketika Susan dengan gaun indahnya berada di restoran mewah sendirian menanti Edward yang tak kunjung datang. Jika bukunya berbau sadis dan penuh depresi, maka kisah antara dua insan ini adalah romantis dongeng yang berujung tragis. Di satu sisi, Edward adalah seorang optimis romantis yang hidup memenuhi panggilan cita-citanya hingga kakinya tidak berpijak di bumi dan membuatnya tinggi hati. Susan, sementara itu adalah seorang independen bijak yang malangnya digerogoti keraguan hingga satu-satunya pertahanan emosinya adalah menyalahkan diri.
Keindahan cerita ini sebenarnya terletak di motivasi Edward yang dibiarkan tetap terbuka bagi interpretasi masing-masing penonton. Mengundang berbagai teori bermunculan soal alasan ketidakmunculan Edward di ending. Apakah Edward masih takut terluka jika kembali bertemu Susan? Atau apakah Edward meninggal – entah bunuh diri atau punya terminal illness seperti tokoh polisi dalam ceritanya?
Film ini diadaptasi dari novel karangan Austin Wright berjudul “Tony and Susan” yang menceritakan tentang seorang wanita yang mendapatkan sebuah manuskrip dari mantan suaminya. Manuskrip tersebut berisi cerita dari novel pertama karya sang mantan suami.
Walaupun mengalami kejadian pahit, Edward bertahan dan menyiapkan psychological untuk mengejar para pelaku dan menjebloskannya ke penjara, ditolong dengan detektif Andes. Pada awalnya, ia bahkan tidak kuasa memberanikan diri berhadapan dengan penjahat, namun dengan bantuan Andes, Edward terus melanjutkan penyelidikan ini hingga menyanggupi untuk beroperasi di luar ranah hukum. Meraih penghargaan sebagai Winner of The Grand Jury Prize dalam Venice International Film Festival 2016 menambah alasan kuat bagi saya untuk menyaksikan film ini. Alasan utamanya tidak lain tidak bukan adalah karena dua pemeran utamanya merupakan salah satu aktor dan aktris favorit saya.
Sinopsis “A Monster Calls ( “
This is what happened if you let go of somebody who loves you, yang akan berujung pada penyesalan. Lebih dari itu, Edward tampaknya mengajarkan kita bahwa the best revenge is to enhance yourself and enjoying life without them. Gaya bercerita movie ini sungguh unik dan berbeda dari movie kebanyakan.
Film ini dibintangi oleh Amy Adams, Jake Gyllenhaal, Michael Shannon, Aaron Taylor-Johnson, Isla Fisher, Armie Hammer, Laura Linney, Michael Sheen dan Andrea Riseborough. Saya bukanlah orang yang berkarya, namun karena saya sedang melakukan proses menuju kesana, saya bisa memahami bila karya bisa menjadi perwakilan subjektifitas dari sang kreator. Sebuah hasil karya juga bisa merupakan perwujudan escapism dari sang penikmat karya dari segala rutinitas atau pula problematika yang dialami dalam pekerjaan atau percintaan, atau untuk paling tidak menikmati waktu longgar dari segala kesibukan. Nocturnal Animals menceritakan kondisi tersebut, dimana sang penikmat yang kebetulan memiliki problema dalam rumah tangga nya yang menjadikan hasil sebuah tulisan sebagai pelarian dari masalahnya. Sebuah karya yang unik dari Tom Ford namun sayangnya kurang berhasil memuaskan saya.
Namun, gaya hidup Edward yang terlalu idealis dan egosentris sebagai seniman mulai membuatnya mengevaluasi pilihan hidupnya, berakhir dengan perceraian. Overall, Nocturnal Animals tetaplah sebuah sajian berkualitas yang layak untuk ditonton. Hadirnya duet Jake Gyllenhaal dan Amy Adams tampaknya sudah menjadi alasan yang lebih dari cukup. Keindahan dan makna yang tersimpan menjadi poin lebih movie ini. Jika dikaji lebih dalam, film ini tidak hanya sekadar tentang balas dendam.
Psikologi Film
Karya seorang seniman seluruhnya dihasilkan dari gairah, luapan perasaannya yang sangat dahsyat untuk menciptakan perasaan yang sama bagi para hadirin ketika membaca, mendengar atau menyaksikannya. Bagaimana jika seandainya luapan emosi itu dibakar oleh penderitaan yang hebat? Maka, lahirlah novelNocturnal Animals,cerita dibalik cerita, yang diamini penulis ketika diadaptasi dalam bentuk audio visual adalah salah satu untaian kisah yang paling mengerikan dan menguras emosi. Perasaan setelahnya yang sangat kacau balau ini, mungkin sama dengan yang dirasakan dengan Edward, sang pengarang novel, ketika ia ditinggal cerai oleh Susan yang mencari kehidupan yang lebih realistis .